Architects: Andyrahman Architect | Area: 300 m² | Year: 2021 | Photographs: Mansyur Hasan | Lead Architect: Andy Rahman | Architect In Charge: Abdi Manaf R | Contractor: Trijaya Makmur | City: Gayungan | Country: Indonesia
Rumah ini terletak di kawasan Kertomanggal, Surabaya, tepatnya di kawasan perumahan dekat perbatasan selatan kota Surabaya dan Sidoarjo. Berdiri di atas lahan seluas 12 X 18,5 m2, suasananya cukup tenang, meski dekat dengan jalur ramai menuju luar kota. Pemilik rumah adalah seorang desainer grafis, jadi dia juga memiliki selera desain yang cukup bagus dan juga mengetahui prinsip-prinsipnya, sehingga sangat membantu arsitek dalam proses mendesain hingga implementasi. Setidaknya, klien juga memahami proporsi, skala, ritme, dan lain-lain yang diterapkan pada rumah tersebut.
Konsep Rumah dan Oasis. Di Surabaya yang cenderung panas, rumah ini membutuhkan “oasis” untuk menyejukkan udara di dalamnya. Maka, pada bagian tengah rumah dibuat inneryard (halaman dalam) untuk menjadi oasis sekaligus pengikat yang menyatukan ruang-ruang lain di sekitarnya. Dan begitulah… Griyoase, gabungan dari kata griya/griyo (rumah) dan oase (mata air di tengah gurun yang ditumbuhi pepohonan) yang menyejukkan sekitar. Rumah ini mengoptimalkan bukaan agar cahaya dapat masuk sebanyak mungkin dan sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik. Halaman dalam di tengah rumah ditanami pohon kelor besar.
Halaman dalam yang luas ini menjadi orientasi rumah ini. Dari semua sudut ruangan Anda bisa melihat halaman dalam dengan bebas. Ditambah dengan adanya void pada tangga, pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam rumah ini bekerja dengan maksimal. Untuk ruangan yang letaknya di bagian belakang rumah, terdapat celah-celah kecil antara dinding belakang rumah dengan ruangan yang diberikan agar sinar matahari tetap dapat masuk, menembus dan memberikan cahaya dari lantai atas ke lantai bawah gudang dan lantai gudang.
Konsep Griyoase kemudian dijabarkan dalam Tree & Three sebagai gabungan dari Tree (pohon) dan Three (tiga). Konsep Tree karena klien dan keluarga sangat menyukai pohon dan tumbuhan, sehingga rumah ini benar-benar disulap menjadi sebuah “oasis”. Yang cukup menarik dari rumah ini adalah pohon-pohon yang ditanam khusus untuk menunjang keberadaan rumah tersebut. Klien pecinta pohon ini membeli pohon yang berasal dari Afrika, yaitu pohon Baobab dan Moringa, yang ternyata sangat mempertegas suasana alam di dalam dan di luar rumah. Bentuk pohon Baobab dan Moringa cukup unik, batangnya yang “gembung” sehingga kesan alaminya lebih menarik dan “artistik”.
3 Warna: Putih, Abu-abu, Hitam. Dalam desain rumah ini, arsitek menggunakan 3 warna utama yaitu putih, abu-abu dan hitam. 3 (tiga) warna ini dipadukan sedemikian rupa untuk menciptakan variasi yang tidak terlalu berwarna. Kombinasi 3 warna ini terlihat sangat jelas. Lantainya abu-abu, dindingnya putih, kusen pintu dan jendela plus railing tangga dan pagarnya berwarna hitam. Warna bata pada fasad rumah lebih merupakan aksen yang membuat rumah ini mudah dikenali di sekitarnya. Pelanggan juga menyukai kayu, pintunya menggunakan kayu ulin yang terkenal kuat dan kokoh. Warna kayu ulin ini masih bisa menyatu dengan warna bata terakota.
Kolaborasi 3 Pihak: Arsitek, Klien, Kontraktor. Dalam proses mendesain rumah ini hingga dibangun, terjadi kerjasama desain antara 3 pihak. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa klien adalah seorang desainer grafis, yang memiliki pengetahuan desain dasar yang sangat membantu para arsitek dalam mengolah desain rumahnya. Sedangkan pelaksana atau kontraktor juga berasal dari latar belakang pendidikan arsitektur, sehingga dapat lebih memahami keinginan arsitek dan klien.
Padahal, arsitek tidak perlu mengawasi secara ketat proses pelaksanaannya, karena pelaksana sudah mampu memahami gambar desain dengan baik dan mengimplementasikannya sesuai dengan desain arsitek. Dengan demikian, ketiganya bisa berkolaborasi secara proporsional untuk membangun rumah ini, karena ketiganya sudah memahami basic design. Jadi, rumah ini sebenarnya adalah oasis kolaborasi "antara 3 desainer".
Menjadi 3 Lantai: Lantai 1, Lantai 2 dan Lantai 3 (atap). Awalnya sesuai dengan desain rumah hanya lantai 1 dan 2 yang difungsikan, dimana lantai 1 untuk kegiatan keluarga, sedangkan lantai 2 lebih untuk kegiatan pribadi. Namun, saat merebaknya pandemi Covid 19 di awal tahun 2020 yang mengharuskan banyak aktivitas di rumah, keluarga ini berpikir untuk memanfaatkan lantai rooftop di atas untuk hobi berkebun berbasis pot. Setelah berkonsultasi dengan arsitek, dirancang dan dibangun tangga baru agar lantai 3 dapat diakses dengan lebih mudah dari lantai 2.
Akhirnya lantai roof top menjadi lantai 3 khusus untuk yang hobi memelihara tanaman. Lantai 3 ini juga memberikan kesadaran ekologis, bahwa kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari alam dan lingkungannya, dengan berbagai jenis tumbuhan dan pepohonan yang ada di sekitar kita, dalam hubungan simbiosis, mutualisme, yang saling menguntungkan.