Architects: Andyrahman Architect | Area: 150 m² | Year: 2021 | Photographs: Masnsyur Hasan | Contractor: Graha Karya Architect | Lead Architect: Andy Rahman | Architect In Charge: Martha Asnawi | Ventblock Manufacturers: Jaya Mulya Roster | City: Sawangan | Country: Indonesia
Lokasi Trapezioma berada di Kampung Pakis Tirtosari, sebuah kampung yang masih ada di tengah kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Berdiri di atas lahan seluas 7 X 15 m2 dengan jalan di depannya hanya selebar 3,5 meter. Berbeda dengan di ibu kota Jakarta yang sebagian besar kampungnya sudah tinggal nama saja, di Surabaya banyak kampung yang masih mampu bertahan hingga saat ini, dengan kehidupan ketetanggaan yang ramah dan dilandasi kebersamaan di tengah kota yang semakin egois/individualistis. Dengan jalanan yang cukup “sempit” dan rumah-rumah yang padat, masyarakat membangun dan melanjutkan kehidupannya secara turun-temurun.
Rumah ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan/desa, bukan rumah yang berdiri sendiri sebagai "rumah individu". Secara konseptual, ini adalah rumah yang memiliki keberadaan ganda sebagai dirinya sendiri dan sekaligus sebagai satu kesatuan dengan rumah-rumah lain di desa ini.
Isu Pandemi Karena letaknya di tengah desa, dengan kondisi sosial yang ramah dan dilandasi kebersamaan, memungkinkan terciptanya ruang komunal yang disebut badhukan (bahasa setempat untuk tempat duduk) yang terletak di pintu masuk berupa lantai teras yang dijulurkan ke depan membentuk huruf L, yang dapat difungsikan sebagai ruang tamu outdoor di masa pandemi Covid seperti saat ini. Di masa pandemi saat ini, masyarakat merasa lebih nyaman tidak menerima tamu di dalam ruangan dan lebih memilih untuk menemui mereka di tempat yang lebih terbuka (di luar) untuk mencegah penularan virus. Di area teras rumah ini juga terdapat wastafel dan sabun sehingga para tamu yang datang dari luar rumah bisa mencuci tangan terlebih dahulu sebelum bertemu dengan seisi rumah.
Selain itu, carport untuk 2 mobil yang terletak di depan rumah juga dapat digunakan untuk kegiatan warga sekitar seperti pertemuan warga, pengajian atau pengajian dan kegiatan lain di lingkungan tersebut. Jadi, ini benar-benar menjadi omah di desa, bagian yang tidak terpisahkan dari tetangga kiri dan kanannya dengan menyediakan ruang komunal bagi warga di lingkungan tersebut.
Bata Trapesium dan Dinding Bernapas - Fasad atas rumah terbuat dari bahan bata trapesium. Andy Rahman Architect pertama kali menggunakan bata “unik” ini untuk rumah ini. Bata trapesium ini tidak dijual secara umum, melainkan dibuat secara custom hasil kerjasama dengan pengrajin material lokal. Hal ini merupakan upaya Andy Rahman Architect untuk mendorong perkembangan industri material lokal di Indonesia.
Batu bata ini dibuat berbentuk trapesium dan sudah memiliki dua lubang untuk memasukkan besi tulangan. Biaya pemasangan lebih murah karena sudah ada lubang pada batu bata, sehingga tidak perlu mengebor batu bata untuk membuat lubang. Karena bentuknya yang trapesium, mereka memberikan efek yang berbeda pada tampilan fasad dibandingkan dengan batu bata persegi, mirip dengan anyaman bambu. Prinsip sebenarnya fasad bata ini adalah gedheg-bata, gedheg yang dulu ada di rumah-rumah penduduk di Jawa, awalnya terbuat dari anyaman bambu (yang membuat pola lubang-lubang kecil untuk ventilasi), dihadirkan secara kontemporer dan disulap menjadi susunan batu bata berlubang (dinding pernapasan), sehingga udara dapat mengalir bebas ke dalam rumah. Selain itu, rumah ini tetap memberikan jarak ruang di bagian samping dan belakang rumah (backyard) untuk memperlancar sirkulasi udara dan memaksimalkan pencahayaan alami. Sebuah prinsip dasar perancangan arsitektur di daerah tropis dalam mengatasi masalah pandemi saat ini.