Architects: DELUTION | Area: 120 m² | Year: 2016 | Photographs: Fernando Gomulya | Manufacturers: Aneka Papera Indah, Habitat, Onel | Contractor: CRI | Design Team: Indira Pramundita Setiadewi S.Ars | Technical Team: Pandu Eka Panca | Project Manager: Fadlil Fikrudin, Tegar Prabasaki | Architect In Charge: Muhammad Egha, Hezby Ryandi, Sunjaya Askaria, Fahmy Desrizal | City: Tebet | Country: Indonesia
Karena Jakarta adalah salah satu kota terpadat di Indonesia, kami sebagai arsitek harus mencari solusi ketika klien kami menginginkan kami merancang rumah nyaman di lahan kecil dengan banyak ruangan yang dibutuhkan dan anggaran terbatas. Dengan luas tanah 6 mx 15 m, arsitek berusaha agar rumah mendapat banyak sinar matahari dan sirkulasi udara yang baik sehingga rumah dapat menghemat energi dari lampu atau AC, dengan ruang dan budget yang sesuai.
Rumah lebar 6 m di lingkungan padat di Tebet, Jakarta Selatan. Keterbatasan anggaran dengan banyaknya ruangan yang dibutuhkan membuat arsitek menciptakan konsep Split-Grow House yang berarti sebuah rumah terpisah yang dapat ditanam atau dibangun lebih banyak suatu saat nanti tergantung pada anggaran klien untuk membangun rumah tersebut. Konsep split digunakan untuk memanipulasi wajah rumah. Rumah membutuhkan tinggi 3 lantai namun dengan konsep split hanya terlihat tinggi 2 lantai dari fasad. Hal ini juga membuat rumah ini menyesuaikan ketinggian rumah lainnya.
Kekosongan yang bisa membuat orang berinteraksi satu sama lain dari lantai yang berbeda. Ini juga menjadi sumber utama cahaya dan udara alami. Selain void sebagai sumber cahaya dan udara alami, arsitek juga membuat koridor selebar 1 m di sepanjang sisi rumah dari depan hingga belakang untuk menjadi alternatif sumber cahaya dan udara, karena pada void bagian atas terdapat kaca louvre. Koridor ini juga digunakan untuk menempatkan pompa air, sepeda, peralatan outdoor, dan juga menjadi akses kedua bagi pembantu rumah tangga. Arsitek juga menempatkan banyak biopori sebagai resapan untuk menghindari banjir karena permukaan tanah lebih rendah dibandingkan jalan raya.
Terdapat dapur yang terintegrasi dengan ruang makan di lantai mezzanine pertama. Untuk menyiasati ruang terbatas, meja makan dibuat dengan gaya dilipat sehingga bisa dibuka lebar jika diperlukan. Arsitek juga menggunakan kaca bagian bawah di bawah fasad mezzanine kedua sehingga orang-orang di mezzanine pertama dapat melihat apakah ada orang yang datang ke rumah tersebut.
Meja lipat yang dapat dibuka sesuai kebutuhan untuk bepergian dengan ruang terbatas. Dapur dan ruang makan di mezzanine pertama dapat melihat melalui kaca bawah di bawah fasad mezzanine kedua sehingga orang-orang di mezzanine pertama dapat melihat apakah ada orang yang datang ke dalam rumah. Kaca bagian bawah sebagai sumber cahaya alternatif dan tembus pandang dari mezanin pertama.
Untuk area depan rumah, arsitek membuat overstek bagian atas rumah sebesar 2,5 m sehingga dapat menutupi carport dan teras depan sebagai area outdoor untuk tamu. Pada fasad lantai dua terdapat bouvenlicht horizontal sebagai bagian bawah kaca dan sirkulasi udara untuk kamar mandi utama. Ini juga menjadi elemen fasad yang menarik. Overstek sebagai penutup carport dan teras. Bouvenlicht horizontal sebagai bagian bawah kaca dan sirkulasi udara untuk kamar mandi utama. Ini juga menjadi elemen fasad yang menarik.