Architects: Realrich Architecture Workshop | Area: 500 m² | Year: 2016 | Photographs: Eric Dinardi - bacteria photography | Manufacturers: AXOR, Hansgrohe, Tom Dixon, Acor, Cisa, Dekson, Jaya Board, Linear Mulia, Sujanto Yo, Toto, groundfost | General Contractor: > O + Workshop | Mechanical And Electrical Engineer: Bambang Priyono, Andi, Karim, and Hamim | Interior Designer: Studio PIU, Mondrich Syarief, Karina tjandra | Architect In Charge: Realrich Sjarief | Architecture Project Team: Tatyana Kusumo, Miftahuddin Nurdayat, Rio Triwardhana, Suryanaga, Anton Suryanto, Andhang Trihamdhani, Emmy Ulfah, Randy Abimanyu, Septrio Effendi., Bambang Priyono | Supervisor In Charge: Sudjatmiko and Singgih Suryanto | Construction Manager: Endhang Syamsuddin, Bonari Ari Dzaki | Structure Engineer: John Djuhaedi | Team Leader Plan And Illustration: Miftahuddin Nurdayat, Tatyana Kusumo | Project Team Plan And Illustration: Teddie Gunawan Wijaya, Eunike Nathania, Raranisa Raras | Mechanical & Electrical Engineer: Bambang Priyono, Andi, Karim, and Hamim | City: Jakarta | Country: Indonesia
Arsitektur Tropical Open House memisahkan lantai dasar, bangunan terangkat dengan ruang tamu, serta kamar tidur utama di lantai satu dan kamar tidur untuk tiga anak di lantai dua. Komposisinya dirancang dengan merancang beberapa lanskap kecil berdasarkan pemandangan dari masing-masing ruang intim, dengan cara ini panas dikurangi dengan menghadap bukaan ke sisi utara selatan sambil membuka skylight dan jendela untuk membiarkan udara dan cahaya masuk. Rumah memiliki satu area penerima maka tidak ada lagi dinding pemisah di lantai satu yaitu ruang tamu.
Di ruang tamu, dapur juga mengambil beberapa kepentingan. Tata letak akhirnya adalah hasil dari beberapa penyesuaian berdasarkan kebiasaan rumah tangga pemiliknya. Satu-satunya ruang tertutup di lantai dua adalah ruang kerja Wirawan yang juga berfungsi sebagai perpustakaan sekaligus ruang mengenang kenangan keluarganya. Foyer sederhana dan lampu terintegrasi dengan tangga, dan karya seni ditempatkan setelah area penerima. Lantai kedua menampung ruang-ruang pribadi. Di ujung koridor terdapat 2 kamar tidur putrinya yang dilengkapi dengan kamar mandi suite dan walk-in closet.
5 jenis Kayu lokal dipilih berdasarkan karakter unik masing-masing. Pertama, kayu pinus kering berukuran 180 mm x 30 mm x 3000 mm, untuk fasad, dan 85 mm x 10 mm x 3000 mm untuk plafon. Kayu pinus dipilih karena keawetan dan ringannya. Kedua, kayu besi bekas yang merupakan bahan paling awet yang digunakan untuk perahu pinisi, dipadukan dengan kayu bengkirai yang lebih ekonomis karena ruang yang kurang walkable digunakan untuk decking indoor - outdoor karena tekstur, daya tahan, dan ekonomisnya. Kayu jati digunakan untuk area utama kamar tidur, perpustakaan, dan area foyer, sedangkan kayu merbau berukuran 300mm x 480 mm x 2800 mm yang dipadukan dalam satu pintu.
Kamar tidur tambahan, kamar mandi dan ruang serba guna dihubungkan oleh koridor menuju ruang terbuka di samping ruang kosong yang mengarah ke tangga dan kotak tangga, sebuah busur cantik untuk menyatukan sirkulasi horizontal dan vertikal. Proyek ini memasang pemanenan air hujan dan menggunakannya kembali dalam lansekap air. Meskipun pengumpulan air hujan semakin umum terjadi di beberapa negara, fasilitas ini masih merupakan fasilitas yang langka dan luar biasa di Indonesia, yang mana proyek ini bertekad untuk memilikinya di rumah ini. Perhatian terhadap permainan cahaya dan bayangan, yang diciptakan melalui kombinasi material dan cahaya buatan dan alami merupakan hal mendasar dalam desain rumah dan membangkitkan ketenangan rumah.