Sinar matahari menembus celah kisi-kisi kayu, menyebar ke dalam ruang, menciptakan efek bayangan dramatis. Dua pohon yang sudah ada dan produktif (pohon rambutan dan jambu biji) masih terawat, menembus dan berdiri di tengah ruang kerja dan ruang tamu. Arsitekturnya mengalah, sebagai tindakan menghormati kondisi tapak yang ada.

Akses menuju pintu masuk utama diarahkan melalui sisi bangunan, dengan proses berjalan di atas jembatan panggangan yang terbang di atas kolam. Eksperimen ruang ini dibangun dengan berjalan di koridor selebar 2,5 meter dan dilanjutkan dengan kisi-kisi kayu bangkirai setinggi 2 lantai.

Massa bangunan dibagi menjadi 2 bagian, sesuai dengan pengelompokan fungsi ruangan, dibuat celah setinggi 2 lantai yang memungkinkan sinar matahari dan angin alami masuk ke dalam bangunan dan meredam panas. Sebuah kolam, berperan sebagai elemen air berkonsep natural (sungai dan batu sungai alam), terletak di tengah-tengah 2 massa bangunan. Kolam menciptakan suasana alami di dalamnya, Kolam memantulkan cahaya alami yang masuk melalui kisi-kisi kayu, menciptakan efek pantulan cahaya pada dinding beton ekspos. Kehadiran dinding beton ekspos di dalam koridor berfungsi sebagai pembanding dan memperkuat ringannya kisi-kisi kayu di sisi lainnya.