Architects: Chrystalline Artchitect | Area: 472 m² | Year: 2010 | Photographs: Chrystalline Artchitect | City: Jakarta | Country: Indonesia
Ide awal dalam mendesain hunian ini adalah menciptakan rumah dengan sirkulasi udara dan pencahayaan alami yang baik di dalam tapaknya, yang cukup panjang dibandingkan tampilan permukaannya. Dimensi bangunan induk dibuat memanjang ke arah belakang sehingga menciptakan taman yang cukup luas sebagai private view yang letaknya di sebelah timur bangunan. Oleh karena itu, seluruh bukaan bangunan diarahkan ke arah taman untuk menghindari panas matahari yang datang dari barat pada malam hari. Tujuan menciptakan aliran udara ke halaman dalam dicapai dengan memanfaatkan perbedaan tingkat antara ruang tamu dan ruang utama. Dengan adanya celah di antara keduanya, aliran udara yang konstan dapat tercipta menuju bagian taman pada bangunan. Ide tersebut juga didukung dengan bentang alam yang agak miring sebagai jalan masuknya udara ke halaman dalam. Lansekap juga berfungsi sebagai kamuflase pada ruang tamu tingkat bawah, karena menekankan struktur sisi timur yang akan tampak seperti bangunan satu tingkat dengan hanya kamar tidur utama.
Karena hunian ini menghadap ke utara, maka kami membuat permukaan masif di sebelah barat, yang diproyeksikan keluar untuk berfungsi sebagai penyangga panas pada bukaan di kamar tidur utama dan tamu. Oleh karena itu, dengan bukaan yang lebih rendah maka intensitas sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan tidak akan terlalu berlebihan. Permukaannya dilapisi batu marmer kulit yang diidamkan khusus untuk menghasilkan aksen pada keseluruhan fasad bangunan. Di bagian barat bangunan, ruang servis yang meliputi ruang rias, tangga, dan kamar mandi utama dirancang khusus sebagai penyangga panas.
Di dalam rumah ini terdapat credenza televisi yang berfungsi sebagai vocal point yang digantung di ruang hampa. Pada halaman bagian dalam, kami membuat bukaan maksimal, tanpa hambatan pandangan sejauh 12 meter dan kaca tanpa bingkai, tanpa kolom, untuk menciptakan suasana ruang lebih luas dan kesan menyatu dengan alam. Di sisi halaman, dibangun kolam refleksi di sepanjang ruang utama dengan aksen dek kayu, tepat di bawah kamar tidur anak. Area pekarangan inilah yang menjadi sumber sirkulasi udara dan cahaya alami bagi rumah.
Sirkulasi vertikal menuju tingkat atas rumah berupa tangga kantilever dengan railing kaca tanpa bingkai yang posisinya tepat di samping ruang tamu. Hal ini menciptakan rasa kesatuan dalam ruang utama dan tingkat atas. Di lantai atas terdapat jembatan penghubung antara kamar tidur utama, kamar tidur anak, dan ruang belajar. Jembatan ini melintang tepat di tengah-tengah ruang hampa, sehingga aktivitas pemiliknya bisa terlihat baik di ruang tamu, ruang makan, ruang belajar, maupun kamar tidur utama. Dari kekosongan ini pula, sirkulasi udara bergerak masuk ke tingkat atas rumah dan keluar melalui kisi-kisi udara pada kaca atap di atas tangga utama.