Architects: Delution | Area: 195 m² | Year: 2018 | Photographs: Fernando Gomulya | Manufacturers: Acor, Impreza, Inovar, Modena, Nippon Paint, Niro granite, Toto | Architect In Charge: Hezby Riyandi | Engineering: Defi Andri | Design Team: Muhammad Egha, Hezby Ryandi, Fahmy Desrizal, Indira Pramundita S, Rendianto Agustinus | City: Grogol | Country: Indonesia
Luas lahan yang hanya 5,5m2, dengan kebutuhan ruang yang tidak sedikit membuat banyak desain ruang untuk mengatasi keterbatasan tersebut, konsep TROW HOUSE (Segitiga-Sempit) diterapkan untuk menciptakan ruangan yang memiliki Plafon Atas Segitiga meski di lahan sempit, plafon segitiga ini mampu memaksimalkan sirkulasi udara. Dengan desain layout yang cenderung linier dan memanjang, pembagian zonasi ruang pada desain ini diakomodasi dengan tingkat lantai yang diterapkan pada beberapa titik antara lain zona komunal keluarga dengan zona servis, area kamar tidur tamu dengan ruang utama dan kamar anak, serta rooftop garden.
Perbedaan level didesain tidak terlalu ekstrim agar koneksi antar ruangan tetap hangat dan tidak mengintimidasi. Solusi desain rumah di lahan terbatas ini tidak hanya ditinggikan tingkat lantai untuk membagi zona saja, namun juga dengan tata ruang di lantai 1 yang didesain dengan konsep open plan, juga terdapat void yang tidak hanya berfungsi untuk menciptakan kesan luas pada ruang, mengalirkan sirkulasi udara dengan baik, namun juga menciptakan ruang yang lebih komunikatif.
Letak void pertama membagi dua ruangan, yaitu menghubungkan kamar tidur utama, kamar tidur anak, dan lorong dengan ruang tamu di lantai satu, sedangkan letak void kedua menghubungkan kedua kamar tidur anak, juga lorong dengan taman yang juga berada di lantai satu. Kekosongan ventilasi alami juga cukup krusial mengingat anak juga mempunyai gangguan pernapasan/asma. Pada salah satu rongga juga dipasang jaring sebagai perpanjangan ruang yang dapat digunakan sebagai tempat membaca atau menonton film dengan proyektor.
Tidak hanya menyelesaikan persoalan keterbatasan lahan, desain ini juga berupaya menjawab keinginan klien mengenai gaya desain yang cenderung memiliki bentuk atap mirip rumah konvensional pada umumnya. Arsitek kemudian menangkap ide tersebut dengan mengembangkan bentuk atap menjadi geometri segitiga yang dimodifikasi menjadi lebih kekinian. Bentuk atap segitiga kekinian ini tidak hanya mempengaruhi tampilan bangunan saja, namun juga ruang-ruang di bawah atap. Ruang-ruang pada bangunan ini memiliki langit-langit yang lebih tinggi dibandingkan rumah kebanyakan, sehingga ruangan terasa lebih luas dan sejuk.