Architects: DFORM | Area: 55 m² | Year: 2016 | Photographs: Mande Austriono Kanigoro | Manufacturers: Acor, Dulux, Isjava, Paloma, Toto | Lead Architects: Mande Austriono Kanigoro | Country: Indonesia
Membuat rumah terjangkau bagi pasangan pengantin baru yang akan berkeluarga di lahan terbatas sambil mengubah gaya hidup. Oleh karena itu, MO House mencoba mewujudkan semangat tersebut dengan menjaga ruangnya tetap pada kualitas dan program esensialnya. Ia mencoba menemukan jiwanya dari bentuk: material, detail, pencahayaan, dan kondisi manusia. Selanjutnya, ruang bersih dapat mengarahkan penggunanya untuk hanya menyimpan apa yang diperlukan dan menghilangkan rasa tidak puas dalam menyimpan hal-hal yang tidak perlu.
Mereka belum membutuhkan kamar tidur anak selama beberapa tahun. Ini dikonfigurasikan secara fleksibel dalam beberapa pola permintaan yang berubah. Keseluruhan proses perlu ditentukan berapa lama tahap pertama akan berlangsung, serta kapan tahap kedua akan berlangsung. Pada saat yang sama, dengan memahami tahapan proses pembangunan, pemilik mengetahui berapa banyak mereka perlu mengalokasikan tabungannya secara tepat untuk tahap pertama dan juga tahap kedua. Oleh karena itu, MO House ramah anggaran sehingga tidak perlu membutuhkan banyak biaya dalam satu waktu.
Program utama pada tahap pertama yang dilakukan di MO House sederhana saja: ruang tamu double-height sebagai titik awal, kemudian kamar mandi di bagian dalam rumah yang digunakan sebagai pemisah antara ruang tamu dan pantry. Saat masuk, ada juga tangga pelat baja di sebelah kiri untuk mengakses kamar tidur bergaya loteng di lantai dua untuk pasangan. Kamar tidur bergaya loteng ini memiliki langit-langit berkubah putih dengan jendela atap yang memanjangkan kamar tidur ke atas.
Di bagian belakang rumah terdapat pantry dipisahkan jendela kaca besar sebagai pengganti dinding dengan halaman belakang. Halaman belakang sendiri menjadi ruang potensial untuk pertumbuhan ruang pada fase kedua: kamar tidur anak di lantai dua ke bawah, perpanjangan dari ruang tamu. Ketiadaan dinding bata akan membuat proses pembongkaran menjadi lebih efisien karena jendela kaca berukuran besar mudah terlepas. Dengan menumbuhkan ruang menuju halaman belakang secara horizontal dan bukan vertikal, pemilik tetap dapat tinggal di dalam rumah selama pembangunan bangunan berlangsung sehingga juga dapat mengurangi biaya.
Fase kedua akan menghasilkan massa yang terlepas dari fase pertama yang dihubungkan dengan jembatan. Memungkinkan kedua kamar tidur memiliki bukaan besar dengan jendela kaca yang saling berhadapan. Meski MO House dibangun di atas lahan terbatas, namun prinsip iklim mikro dapat diterapkan di seluruh bagian rumah.
Ruang tamu double-height dicat putih agar cahaya alami yang masuk dari jendela atap terpantul di atasnya dan memberikan kesan area yang lebih luas di seluruh bagian rumah. Skylight menjadi pengganti ketiadaan bukaan yang biasanya disediakan oleh jendela-jendela yang menghadap ke depan pada fasad.