Architects: Atelier Bertiga | Area: 165 m² | Year: 2020 | Photographs: Ernest Theofilus | Design Team: Dhidhot Bima, Andrea Daniswara, Azhar Rahman, Firman R. Faza, Aldana A Z | City: Bekasi | Country: Indonesia
Berawal dari sebuah kompleks perumahan yang terletak di Bekasi Utara, Indonesia, sebuah rumah eksisting yang dihuni oleh empat orang anggota keluarga menginginkan desain rumah yang unik dan berbeda dengan template rumah lingkungan. Rumah yang berdiri di atas lahan seluas 130m2 ini didesain dengan konsep baru yang mengutamakan kebutuhan ruang, sirkulasi udara yang sehat, pencahayaan alami, dan ekspresi catchy namun kesan hangat terlihat dari fasad utama. Memanfaatkan luas lokasi, massa bangunan dibagi menjadi dua zona.
Massa pertama diletakkan di sisi barat daratan untuk menutupi panas matahari dari barat, dan massa kedua ditempatkan di tenggara. Pemisahan zona ini bertujuan untuk memisahkan layanan dan taman dari fungsi utama di sebelah barat sehingga dapat memaksimalkan penggunaan lahan. Dengan konfigurasi ini, massa utama di bagian barat dapat menerima lebih banyak cahaya alami dari timur dan selatan. Skylight juga digunakan untuk mengalirkan cahaya alami dari atap, namun tidak berlebihan karena hanya untuk area tangga (yang terletak) di sebelah barat (zona). Selain itu penataan material batu bata solid void sebagai second skin juga diterapkan pada seluruh fasad rumah untuk meredam panas yang masuk dari timur pada siang hari.
Penataan batu bata ini juga dilengkapi dengan kaca louver (jendela jalousie) di belakangnya untuk mengalirkan udara alami ke dalam rumah. Dengan menggunakan efek cerobong, aliran udara alami yang masuk diteruskan melalui rongga di tengah, kemudian udara panas akan keluar melalui celah dinding di atap untuk menjaga suhu ruangan menjadi lebih sejuk. Keberadaan void tinggi di tengah rumah tidak hanya berfungsi sebagai ventilasi dan penerangan saja, namun bisa menjadi penambah ruang vertikal terkait kebutuhan di masa depan.
Contohnya adalah hadirnya mezzanine pada kamar tidur utama yang difungsikan sebagai area kerja. Konsep triple tone juga diterapkan pada rumah ini dengan menggunakan warna-warna natural, seperti abu-abu tua, terakota, dan putih. Warna abu-abu tua yang mendominasi fasad utama bangunan di lantai dua ini selain menegaskan tampilan lurus maskulin, juga mampu meminimalisir debu untuk keperluan perawatan, mengingat lokasi rumah berada di dekat kawasan industri. Warna abu-abu tua juga dipadukan dengan rangkaian batu bata void padat mulai dari selatan hingga utara kemudian diakhiri dengan lengkungan untuk memperhalus tampilan fasad utama yang lancip.
Warna terakota yang lebih cerah dan kontras ditempatkan pada lantai satu, dengan tetap menggunakan susunan batu bata void solid sehingga memiliki bahasa yang sama. Sedangkan warna putih diaplikasikan lebih menyeluruh pada interior untuk menghadirkan kesan cerah dan natural yang mencerminkan kekeluargaan. Penempatan ruang-ruang inti seperti ruang keluarga, ruang makan, dan dapur ditempatkan berjajar di lantai satu untuk memudahkan aktivitas yang saling berhubungan satu sama lain. Selain itu, ketiga ruangan ini sengaja diekspos ke taman yang dinaungi tanaman merambat lee kwan yeu untuk menunjukkan hubungan antara bagian luar dan interior yang menghangatkan hati.