Architects: Atelier Bertiga | Area: 185 m² | Year: 2021 | Photographs: Ernest Theofilus | Manufacturers: Alderon, Alexindo, Boral, Conwood, Dulux, Niro Granito, Toto | Design Team: Mahadiyanto, Dhidhot Bima, Andrea Daniswara, Firman R. Faza, Aldana A Z | City: Tebet | Country: Indonesia
Rumah yang terletak di kawasan Tebet ini tampil menjulang tinggi dengan pola fasad kotak-kotak hitam yang terkesan unik dibandingkan rumah-rumah di sekitarnya. Bermula dari rumah eksisting yang dihuni oleh satu keluarga utama, klien menginginkan rumah dengan konsep yang mengedepankan kekompakan ruang, ventilasi, dan pencahayaan alami yang maksimal. Untuk menjawab permasalahan dan kebutuhan tersebut, sang arsitek mencoba memanfaatkan kembali pembongkaran rumah eksisting dengan menerapkan konsep split level. Dengan luas 185m2, massa bangunan terbagi menjadi 2 bagian yang dihubungkan oleh ruang terbuka di tengahnya.
Massa belakang di lantai 1 difungsikan sebagai area 3 in 1 yaitu ruang keluarga, dapur, dan ruang makan. Uniknya, ruang makan tersebut tidak dekat dengan dapur bersih seperti tata letak biasanya, melainkan ditempatkan pada ruang terbuka dengan volume ganda yang menghubungkan dua massa bangunan. Penempatan ruang terbuka di tengah bangunan juga memaksimalkan pencahayaan dan ventilasi alami karena atapnya menggunakan kisi-kisi otomatis yang dapat dibuka dan ditutup. Dengan kisi-kisi ini, udara panas dapat dialirkan ke atas, dan cahaya dapat masuk ke dalam dua massa bangunan, namun ruangan di bawahnya dapat dibayangi. Sedangkan kamar tidur utama, walk in closet, kamar mandi, dan ruang kerja mendominasi di lantai 2 massa belakang. Untuk menciptakan kekompakan pada ruang tersebut, digunakan konsep mezzanine dengan tempat tidur dan meja di lantai paling atas.
Pindah ke massa depan, ruang pelayanan dan kamar anak menempati 3 volume dan tingkat ruang yang berbeda sehingga fasad depan terlihat menjulang tinggi. Di lantai 2 area depan juga terdapat ruang terbuka yang bisa digunakan untuk bersantai ditemani beberapa tumbuh-tumbuhan. Selanjutnya untuk memberi karakter pada fasad, ayam jago sebagai kulit kedua disusun secara vertikal sehingga membentuk pola kotak-kotak dengan tiga kotak tanam yang difinishing dengan tekstur kayu. Fungsi utama dari penggunaan roster ini adalah untuk mengurangi pandangan dari lingkungan sekitar tanpa mengurangi bukaan jendela karena rumah ini berada di kawasan padat penduduk. Selain itu, penempatan planter box pada fasad juga disebar sehingga terdapat kesan organik pada vegetasinya.
Terakhir, material yang digunakan pada rumah ini menggunakan dua tone yang didominasi warna abu-abu tua dan kayu pada fasad utama untuk menciptakan kesan maskulin serta perawatan yang mudah terhadap debu dan cuaca. Sedangkan untuk interior rumahnya didominasi warna putih dan warna kayu terang serta kaca dan jendela yang cukup lebar membuat rumah terkesan lebih luas dan hangat.