Architects: Wahana Architects | Area: 1600 m² | Year: 20210 | Photographs: Mario Wibowo | Interior Designer: Wahana Architects | Lighting Designer: Artmosphere Light | Manufacturers: Fio, MOIE, NATUZZI, Toto, Ubin Kayu, Vivere, Zimmer | Main Contractor: Graha Indah Nusa | Structure Engineers: Ricky Theo Structure Engineers | Interior Contractor: Saka Interior | Lead Architect & Principal: Rudy Kelana | Architect In Charge & Design Team: Wongso Michael, Paula Silalahi | Interior In Charge & Design Team: Lidia Natalia | City: Lombok | Country: Indonesia
Proyek ini merupakan rumah untuk keluarga muda dengan 3 orang anak dengan luas bangunan 1200 m2. Terletak di atas bukit berbatu di Senggigi, Lombok. Tanah seluas 1600 meter persegi ini memiliki kontur terjal dengan luas sekitar. Perbedaan 25 meter antara permukaan jalan utama dan batas ujung lokasi menawarkan potensi pemandangan cakrawala laut yang mendalam. Tantangannya adalah bagaimana memaksimalkan potensi tapak yang ada & menciptakan rumah yang intim di tengah lahan yang luas namun berkontur.
Landasan idenya adalah ketika arsitek menentukan tingkat volume bangunan utama, untuk mencapai pemandangan pantai tanpa batas. Terdapat 3 massa bangunan, 2 massa horizontal berorientasi pada potensi pandangan terbaik, sedangkan massa lainnya berorientasi diagonal untuk memaksimalkan keliling lahan sisi belakang yang lebih sempit. Di antara banyak orang, serangkaian ruang luar diciptakan untuk meningkatkan pergerakan & perasaan transisi antar fungsi.
Karena tapaknya yang berkontur, sirkulasi vertikal dari pintu masuk hingga titik tertinggi dalam arsitektur menjadi cukup luas dan perlu dirangkai dengan cermat. Urutannya dimulai dengan membuat pintu masuk mirip gua yang berat dalam bentuk tanjakan. Kemudian kami langsung dibawa ke ruang tamu melalui tangga semi outdoor. Di antara ruang tamu-ruang makan dan ruang tidur, disisipkan ruang keluarga sebagai area transisi yang secara visual terhubung dengan ruang belajar utama, berperan sebagai jantung rumah bagi anggota keluarga. Puncak sirkulasinya adalah kapel doa di rooftop yang diakses melalui tangga lanskap yang terletak di sisi belakang rumah.
Salah satu tantangan dalam proyek ini adalah ketika potensi pemandangan terbaik menghadap ke barat, dimana intensitas radiasi matahari tinggi sepanjang tahun. Kesenjangan yang diberikan antara arsitektur dan dinding berbatu, serta volume bangunan yang tipis memungkinkan sirkulasi udara alami yang baik. Selanjutnya elemen peneduh berupa panel vertikal anyaman sintetis dipasang dengan derajat kemiringan tertentu sehingga menyaring sinar matahari langsung ke bangunan.